(Siberkreasi, 30/07/2024) Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi mengadakan pertemuan dengan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Kominfo, Hokky Situngkir. Hokky yang belum seminggu menduduki kursi Direktur Jenderal ini membahas isu-isu penting mengenai literasi digital dan keamanan siber di Indonesia dengan perwakilan Dewan Pengarah, Pengurus dan Sekretariat Siberkreasi.

Salah satu poin diskusi yang berlangsung sekitar satu jam pada Selasa (30/7/2024) di kantor Kominfo tersebut, adalah terkait perlunya peningkatan keamanan siber, di Indonesia. “Selain di sisi teknis, perlu ada penguatan literasi digital untuk terus membangun kesadaran publik mengenai pentingnya keamanan siber dalam melindungi data dan informasi pribadi dari ancaman digital,” ujar Hokky.

Hal tersebut ditambahkan pula oleh Slamet Santoso, Direktur Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika Kominfo yang turut hadir, bahwa ada sejumlah program literasi digital yang sudah berjalan. “Kita perlu bersama untuk memastikan literasi digital semakin masif dan efektif. Selain bicara di sisi keamanan siber, juga terkait penanganan hoaks dan judi online,” demikian Slamet menambahkan.

Kolaborasi Siberkreasi

Fajar Eri Dianto selaku Dewan Pengarah Siberkreasi menjelaskan bahwa dalam kini terdapat 150 institusi yang tergabung sebagai jejaring Siberkreasi. Ia menekankan pentingnya komunikasi dan koordiansi dengan Kementerian Kominfo sebagai salah satu inisiator Siberkreasi, “maka dengan demikian jangkauan kolaborasi literasi digital dan keamanan siber bisa masuk hingga ke pelosok wilayah di Indonesia,” ujar Fajar Eri yang juga tengah menjabat sebagai Ketua Umum Relawan TIK Indonesia.

Wicaksono, selaku Dewan Pengarah yang turut hadir, pun mengungkapkan harapannya agar kolaborasi yang sebelumnya sudah berjalan baik dengan Kementerian Kominfo dapat terus dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. “Saya optimis bahwa bahwa kolaborasi antara Siberkreasi dengan Kominfo kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi, untuk sama-sama membangun literasi digital di Indonesia,” tegas pria yang lebih dikenal sebagai Ndorokakung tersebut. Wicak yang juga aktif di perusahaan komunikasi Maverick tersebut juga mengingatkan bahwa peran teknologi digital sudah tak tergantikan lagi dalam ragam aktivitas masyarakat.

Pengetahuan tentang literasi digital dan keamanan siber juga dirasakan manfaatnya oleh tenaga pendidik, khususnya guru-guru yang bersinggungan dengan teknologi digital. Sebagaimana disampaikan oleh Wijaya Kusumah yang kerap dipanggil “Oom Jay”, salah seorang pengurus Siberkreasi, kolaborasi literasi digital sangatlah penting untuk terus diperluas kepada pada guru. “Sebutlah maraknya kasus pinjaman online ilegal dan pencurian data pribadi, yang memang banyak sekali menjerat guru-guru,” ujar Oom Jay yang aktif sebagai Sekjen Ikatan Guru TIK / PGRI dan guru TIK di SMP Labschool Jakarta tersebut.

Perlindungan Data Pribadi

Menanggapi maraknya pencurian dan berujung pada penyalahgunaan data pribadi, Hokky tidak menampik hal tersebut. Menurutnya, memang ada sejumlah praktik hacking yang awalnya karena ada orang ingin belajar atau karena keingintahuan, tetapi malah terjerumus hingga berakhir negatif atau melanggar hukum. “Untuk itu makan UU Pelindungan Data Pribadi perlu kita tegakkan untuk memberikan tindakan dan payung hukum yang jelas dan tegas dalam kasus keamanan siber,” tegasnya.

Dalam pengamanan data pribadi, Asep Kambali, pengurus Siberkreasi yang sehari-hari aktif pula sebagai Ketua Komunitas Historia Indonesia, menyoroti pentingnya edukasi literasi digital sejak dini. “Dengan memberikan pehamaman literasi digital kepada anak-anak sejak dini, mereka akan memiliki pemahaman yang memadai ketika berinteraksi di dunia maya, termasuk ketika terkait dengan data pribadi diri mereka masing-masing, ujar Asep yang juga pendiri Paguyupan Asep Dunia tersebut.

Mira Sahid, salah seorang Wakil Ketua Siberkreasi yang memperjuangkan hak-hak digital perempuan melalui institusi Kumpulan Emak Blogger yang didirikannya, tak urung menegaskan kepeduliannya. “Internet membawa sejumlah tantangan yang dihadapi oleh perempuan ketika berinteraksi di dunia digital, semisal dari maraknya kekerasan seksual pun pencurian data pribadi karena kurangnya pemahaman tentang keamanan siber,” ujarnya. Mira pun mendorong agar kolaborasi Siberkreasi dengan Kementerian Kominfo dapat lebih intens dalam meningkatkan literasi digital bagi perempuan.

(kiri-kanan: Slamet Santoso, Asep Kambali, Donny B.U, Hokky Situngkir, Mira Sahid, Wicaksono, Fajar Eri Dianto, Wijaya Kusumah)

Di penghujung diskusi, Donny B.U selaku Ketua Umum Siberkreasi, menegaskan kembali pentingnya kerjasama multistakeholder dalam inisiatif dan gerakan literasi digital di Indonesia. Siberkreasi, yang diinisiasi bersama pada Oktober 2017 silam, memiliki program kerja yang terbagi atas empat pilar. “Keempat pilar dalam literasi digital yaitu cakap, aman, budaya dan etika digital, atau disingkat CABE. Melalui situs siberkreasi.id kami menyediakan rujukan literasi digital dalam sejumlah microsite, modul dan kegiatan yang terbuka bagi umum baik secara daring ataupun luring,” ujar Donny yang juga pegiat literasi digital di ICT Watch.

(literasi digital / syfr / siberkreasi)