(Jakarta, 3 Juni 2023) – Siberkreasi bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) terkait pengembangan buku informatika yang telah diterbitkan sejak 2019 lalu, dalam upaya memberikan wawasan kecakapan literasi digital di lingkungan pendidikan. Acara ini dihadiri oleh para pegiat literasi digital, penulis buku informatika, anggota PGRI, dan Pengurus serta tim Sekretariat Siberkreasi di Hotel Mercure Cikini, Jakarta Pusat.
Kegiatan FGD ini difokuskan dalam penyusunan materi buku informatika pada kurikulum literasi digital, agar mampu menciptakan SDM digital secara menyeluruh, termasuk para pendidik dan anak didik. Hal ini menjadi penting agar pendidik maupun anak didik mampu meningkatkan kualitas pembelajaran secara digital melalui bahan ajar yang adapif dari masa ke masa, khusunya dalam peningkatan teknologi informasi di Indonesia. Dengan harapan, tujuan dari kegiatan ini adalah sebuah upaya dalam memberikan produk buku informatika, serta menerbitkannya, agar mudah diterima secara teori maupun praktik.
Acara yang berlangsung 1 hari ini dibuka oleh Wakil Ketua Umum Bidang Pengetahuan, GNLD Siberkreasi, Taufan Teguh Akbari, Ph.D, dan turut menghadirkan para narasumber secara daring, yang memberikan perspektif literasi digital dari 4 aspek, yaitu; Urgensi, Relevansi, Kolaborasi, dan Inisiasi.
Dari Persepektif Urgensi, Dr. Said Mirza Pahlevi, selaku Kapus Pengembangan & Penelitian Aplikasi Informatika Kemenkominfo, memaparkan lima poin kurikulum yang wajib ada dalam buku informatika. Pertama Literasi Digital, kedua Functional Skills, ketiga Creativity, keempat Collaboration dan kelima Effective Communication.
“Literasi digital membantu manusia bukan hanya sebagai individu tetapi juga makhluk sosial untuk berkolaborasi, bertransaksi, bersinggungan dan lain-lain. Kepentingan digital penting untuk mempraktikkan keamanan digital. Tidak ada sesuatu yang bernilai yang tidak ada resiko. Kecerdasan digital dapat mengembangkan karir, pendidikan, tetapi juga kesejahteraan hidup”, ungkap Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A. (Ketua PSLCC PGRI) saat memberikan perspektif sebagai akademisi.
Dari perspektif Industri, Zulfadly Syam selaku Sekretaris Jenderal APJII mengungkapkan bahwa, saat ini kurikulum yang sudah, masih kurang maksimal karena terjadi adanya kesenjangan antara SDM yang memiliki ijazah versus sertifikasi skill. “Harus kita garis bawahi. Yang pertama yaitu Teori versus Praktik. Kenyataannya mahasiswa kita banyak yang tidak siap saat masuk ke dunia kerja. Lalu Ijazah versus Sertifikasi Skill. Ketika suatu universitas mengeluarkan ijazah bagi pelaku pengusaha, banyak industri atau perusahaan menjadikan ijazah sebagai sistem filter, tetapi ijazah tidak menggambarkan skill seseorang sehingga jadi banyak pertanyaan; ijazah itu apa? Ijazah itu hanya sekedar menampilkan logo universitas saja?”.
FGD dilanjutkan dengan pembahasan Buku Informatika dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga SMK dari para penulis buku informatika, yang kemudian direview oleh tim reviewer dari JAPELIDI. Review buku informatika tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan menambahkan isi dari buku yang sudah ada, sebelum dicetak versi barunya oleh Penerbit Andi Yogyakarta. Harapannya setelah direview, para pembaca dapat lebih mudah memahami isi dari buku ini dengan materi yang tidak terlalu padat dan bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami para pelajar.
Tonton siaran ulang Focus Group Discussion (FGD) Dalam Rangka Review Buku Informatika Bersama PGRI, yang diunggah pada YouTube Channel Siberkreasi https://youtube.com/@Siberkreasi