Kecerdasan Buatan (ilustrasi / ist.)

Literasi Digital – Siberkreasi, 17 Februari 2023 (Medcom.id)

Teknologi kecerdasan buatan atau artificial Intelligence (AI) memiliki dua wajah: peluang dan tantangan. Banyak masyarakat cemas karena pekerjaannya hilang karena penetrasi AI. Ada pula yang justru merasa peluang semakin lebar dengan adanya teknologi ini.

Kecerdasan buatan merupakan bidang ilmu komputer yang menyerupai fungsi manusia untuk. Teknologi ini memecahkan masalah kognitif seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola. 

Sejumlah organisasi dan perusahaan mulai menerapkan teknologi AI dalam strategi bisnisnya. Survei dari Microsoft Indonesia mencatat 14 persen perusahaan telah memanfaatkan AI dalam strategi utama bisnis mereka.

Nah, Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan dan Pengetahuan Siberkreasi & Head of Leadership LSPR, Taufan Teguh Akbari, punya tips untuk menatap peluang AI. Teknologi AI justru harus dilihat sebagai peluang. Dengan catatan, masyarakat siap mengimbangi laju perkembangan teknologi.
 
“Jadi, sebenarnya ini bukan suatu kekhawatiran. Teknologi ini adalah challenge atau peluang. Bagaimana caranya kita bisa lebih siap lagi mengimbangi perkembangan teknologi,” kata Taufan Teguh saat menjadi pembicara dalam Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertema “AI, Apakah Ancaman Bagi Talenta Digital?” Kamis, 16 Februari 2023.
 
Director National Technology Officer Microsoft, Panji Wasmana, menyatakan kekhawatiran masyarakat juga dapat bersumber dari keamanan data pribadi. Terkait keamanan data, Panji menjelaskan implementasi teknologi AI dapat diatur untuk tidak mengakses data pribadi. 
 
“Artinya, kita dapat melabel bawa data ini tidak boleh dipakai untuk training. Data ini dibatasi aksesnya supaya tidak di-crawling atau dibaca oleh sistem AI ke depannya,” kata dia.
 
Menurut Panji, hal ini melatih talenta digital untuk memilah informasi mana yang dapat diberikan atau dipercayakan kepada platform. Karena itulah, masyarakat atau talenta digital harus paham penggunaan AI melalu literasi digiral. 
 
Di tengah ketidakmerataan kemampuan literasi digital, Dewan Pengarah Siberkreasi Ndoro Kakung juga membagikan sejumlah strategi. Pertama, masyarakat harus memperluas informasi tentang teknologi digital seperti kecerdasan buatan. Kedua, peningkatan akses pelatihan atau bimbingan teknis mengenai AI. 
 
“Bagi pihak yang belum memahami penuh fungsinya, AI dianggap sebagai ancaman. Padahal, ia bisa membantu dalam pekerjaan lebih efisien,” jelasnya.
 

Di Indonesia, perkembangan AI cukup menggembirakan. Survei dari Oxford Insight 2022 mencatat Indonesia berada di peringkat 43 dalam Government AI Readiness Index. Artinya, Indonesia sudah berada di papan atas dalam penerapan AI. Meski, masih ada sejumlah catatan yang dapat terus ditingkatkan.

Sumber artikel: Medcom.id

#MakinCakapDigital #LiterasiDigital #Siberkreasi / dbu